1. Hakikat
Mata Kuliah Etika Bisnis
Menurut Drs. O.P.
Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas asumsi-asumsi
bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral. Karena bisnis
beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika
bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi
yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem
ekonomi, struktur bisnis.
2. Definsi Etika dan
Bisnis
2.1 Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi),
berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan
yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
2.2
Pengertian Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa
Inggris business, mengembangkan kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Sedangkan dalam kamus lengkap
bahasa Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminta,
business diterjemahkan menjadi : pekerjaan; perusahaan; perdagangan; atau
urusan. Jadi bisnis bisa diartikan menjadi suatu kesibukan atau aktivitas
dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan atau nilai tambah. Dalam ilmu
ekonomi, bisnis merupakan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Dalam ekonomi kapitalis,
dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk
mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan
operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha,
atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan
seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan
sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,
masyarakat umum, atau serikat pekerja.
2.3 Pengertian Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis
yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan
pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
3.
Etiket Moral, Hukum dan Agama
3.1
Etiket
Istilah etiket berasal
dari kata Prancisetiquette, yang berarti kartu undangan,
yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu
undangan yang dipakai raja-raja dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah
etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara
berpakaian, cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun
lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan
tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam
tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang
tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang
ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.
Etiket juga merupakan aturan-aturan
konvensional melalui tingkah laku individual dalam masyarakat beradab,
merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur relasi
antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu.
Perbedaan Moral dan Hukum :
Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan
yang cukup erat. Karena antara satu dengan yang lain saling mempengaruhi dan
saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum
harus dinilai/diukur dengan norma moral. Undang-undang moral tidak dapat
diganti apabila dalam suatu masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup
matang. Sebaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja
apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan
demikian hukum dapat meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu
tetap saja antara Moral dan Hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara
lain :
1. Hukum bersifat obyektif karena
hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-undang. Maka hukum lebih
memiliki kepastian yang lebih besar.
2. Norma bersifat subyektif dan akibatnya
seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan
tentang etis dan tidaknya.
3. Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya
pada tingkah laku lahiriah manusia saja.
4. Sedangkan moralitas menyangkut perilaku
batin seseorang.
5. Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan.
6. Sedangkan sanksi moral satu-satunya
adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa tidak tenang.
7. Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan
pada kehendak masyarakat.
8. Sedangkan moralitas tidak akan dapat
diubah oleh masyarakat
Perbedaan Etika dan Agama :
Etika mendukung keberadaan Agama, dimana
etika sanggup membantu manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan
masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan
diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan
diri pada Tuhan dan ajaran agama.
Etika dan Moral
Etika lebih condong kearah ilmu tentang
baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang
berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral adalah :
1. Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita
mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus
dinyatakan dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik dalam
situasi kongkret itu.
2. Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan
adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentu saja
disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.
4. Klasifikasi Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi
Untung, S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
- Etika Deskriptif : Etika
deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan
perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai
dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada
situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara
turun-temurun.
- Etika Normatif : Etika
normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan
norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi
tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya
tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam
menjalankan kehidupannya.
- Etika Deontologi :
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh
kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku
kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan
oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang
dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak
lain.
- Etika Teleologi : Etika Teleologi adalah
etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku
kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan
baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan mempunyai
akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait,
maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompollan
menjadi dua macam yaitu :
- Egoisme : Egoisme yaitu etika
yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak
baik.
- Utilitarianisme : Utilitarianisme adalah
etika yang baik bagi semua pihak, artinya semua pihak baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
- Etika Relatifisme :
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung
perbedaan kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau
global. Etika ini hanya berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika
yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi, sifat dan
lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat
yang bersifat global.
5. Konsepsi Etika
Konsep-konsep dasar
etika antara lain adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang mempelajari tentang
tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan hati
seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan
dan tingkah Laku seseorang terhadap orang lain, antara lain :
Utilitarianisme
Utilitarianisme
menyatakan bahwa suatu tindakan diangap baik bila tindakan ini meningkatkan
derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan.
Dalam implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana
yang dapat memberikan kebaikan terbesar.
Analisis
Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
Pada dasarnya, tipe
analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam analisis
biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga keuntungannya.
Hanya proyek-proyek yang perbandingan keuntungan terhadap biayanya paling
tinggi saja yang akan diwujudkan.
Etika Kewajiban dan
Etika Hak
Etika kewajiban (duty
ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas yang harus dilakukan tanpa
mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak
(right-ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan semua
tindakan yang melanggar hak ini tidak dapat diterima secara etika, Etika
kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang berbeda dari satu
mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir yang sama; individu harus dihormati,
dan tindakan dianggap etis bila tindakan itu mempertahankan rasa hormat kita
kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini adalah terlalu bersifat individu,
hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya sering terjadi bentrok
antara hak seseorang dengan orang lain.
Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika
moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi orang seperti apa.
Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap salah jika
tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak bermoral). Etika
moral lebih bersifat pribadi, namum moral pribadi akan berkaitan erat dengan
moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam kehidupan pribadinya bermoral, maka
perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan bermoral.
Dalam memecahkan
masalah, kita tidak perlu binggung untuk memilih konsep mana yang sebaiknya
digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk menganalisis
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil apa yang
diberikan masing-masing teori itu kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar